Lampung Geh, Bandar Lampung – Indonesia memiliki segudang warisan yang unik, salah satunya adalah warisan tak benda. Warisan tak benda tersebut termasuk juga kain. Kain merupakan kebutuhan sandang yang sudah digunakan oleh masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya kain-kain dengan berbeda motif maupun teknik pembuatannya di Indonesia. Salah satu contoh kain tersebut adalah tapis dari Lampung, songket Palembang dari Sumatera Selatan, kain tenun dari Lombok, dan masih banyak lainnya.
Di masa sekarang meskipun penggunaan kain bukan menjadi pakaian sehari-hari, zaman semakin maju semakin banyak pula masyarakat Indonesia yang memiliki pemikiran untuk melakukan kreasi pada kain.
Kain indah ini merupakan inovasi dari perkembangan fashion yang selalu menghadirkan inovasi yang unik dan menarik. Salah satunya inovasi kain ini ialah dengan menggunakan teknik ecoprint.
Kahut Sigerbori yang berasal dari Lampung ini telah berhasil membuat kain indah dengan kreasi teknik ecoprint. Bahkan pemasarannya sudah mencapai jangkauan dalam dan luar negeri.
Kahut Sigerbori berasal dari bahasa Lampung Pesisir. ‘Kahut’ memiliki arti cinta atau kesayangan, sedangkan ‘Siger’ diambil dari sebuah lambang khas Lampung yakni mahkota, dan ‘Bori’ adalah sebuah teknik kain atau motif kain dari negara Jepang.
Kahut Siger Bori memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan Lampung melalui produk yang mereka buat.
Di tahun 2023, Kahut Siger Bori sudah berjalan selama 5 tahun. Kahut Siger Bori merintis karir sejak tahun 2018, yang dahulunya ini hanya produk industri rumahan yang bergerak di bidang penjahitan biasa, berbasis metode jahitan dari Jepang telah berhasil membawa karyanya sampai ke luar negeri.
Anggraeni Kumala Sari owner dari kahut sigerbori memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap teknik ecoprint, apalagi teknik ini masih terbilang jarang ditemui. Membuat kain ecoprint bukanlah hal yang mudah, Anggraeni pernah menjadi penjahit, menjadi tukang bordir, serta tukang sulam. Berada di titik ini merupakan sebuah keajaiban yang sangat disyukuri bu Anggraeni.
Mengikuti tren fashion, Anggraeni juga memiliki inspirasi yang berbeda-beda dalam merancang busana Kahut Sigerbori. Inspirasi yang digunakan oleh Anggraeni tidak jauh dari tren yang sedang ramai. Oleh karena itu, rancangan busana Kahut Sigerbori selalu fresh, limited, sesuai dengan zaman dan memiliki pola kreativitas yang berbeda beda.
Kahut Sigerbori sudah mencetak segudang prestasi, salah satu prestasi yang mengharumkan adalah Kahut Sigerbori terpilih menjadi brand lokal yang naik ke atas panggung Indonesia Fashion Week (IFD) di Jakarta Convention Center pada Februari 2023.
Pewarna alami pada pembuatan produk sangat aman dan tidak membuat pakaian rusak bila dicuci dengan ketentuan yang tepat. Salah satu langkah tepatnya adalah tidak menggunakan mesin cuci, karena itu dapat membuat warna pakaian memudar. Usahakan dicuci hanya dengan menggunakan tangan. Walaupun memakai pewarna alami, bukan berarti produk dari Kahut Sigerbori ini akan gampang luntur ya sekelik!
Kahut Sigerbori juga sering mengadakan agenda workshop pelatihan pembuatan produk eco-printing.Workshop ini bisa diikuti mulai dari remaja hingga orang dewasa, yang penting masih mampu mengikuti pembuatan produk ini, dan terbuka untuk masyarakat umum.
Bahan yang dipakai pada proses produksinya,selalu menggunakan pewarna alami dari daun, bunga, kulit kayu, biji-bijian, dan akar tanaman. Pada pembuatan kain ini juga ada daun khusus yang sudah dimiliki oleh pendiri Kahut Sigerbori, alat-alat yang digunakan juga telah disiapkan jadi gak perlu repot lagi.
Bila kalian ingin mengikuti workshop ini, bisa langsung menghubungi Instagram @kahut_sigerbori. Jika tertarik untuk membeli produk dari Kahut Sigerbori kamu bisa melihat katalog mereka di akun instagram @katalog_kahutsigerbori.
Sekelik juga bisa lihat behind story yang menginspirasi dari Kahut Sigerbori dibawah ini:
Keren dan menginspirasi ya sekelik. Semoga Kahut Sigerbori semakin berkembang dan bisa menjangkau dunia fashion mancanegara. Aamiin!
Colaborator
Penulis Artikel: Imaa
Editor: Fatimah Zahra
Discussion about this post