Lampung Timur – Seiring perkembangan zaman dan perkembangan teknologi seperti gadget, tidak membuat permainan tradisional ini kehilangan peminatnya, seperti contohnya layang-layang. Layang-layang merupakan permainan tradisional yang terbuat dari kertas dan rangka bambu lalu diterbangkan menggunakan tali atau benang sebagai kendali.
Di Desa Sumber Gede, Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur, sejumlah pemuda mengadakan perlombaan layang-layang. Lomba yang diadakan mulai dari tanggal 18 september sampai 21 September 2021 ini diikuti oleh puluhan tim yang berasal dari berbagai daerah di Lampung, seperti dari Sekampung, Purbolinggo Lampung Timur, Metro, Jati Agung Lampung Selatan dan yang terjauh dari Ambarawa Pringsewu.

Dalam perlombaan layang-layang, sang joki akan dinilai dari bentuk kreasi layang-layang. Selain bentuknya, layang-layang juga akan dinilai dari cara terbang, derajat tali terbang layang-layang, keselarasan warna dan bagaimana joki saat akan menurunkan layang-layang. Sony (23), sebagai panitia mengatakan, lomba layang-layang yang diadakan pemuda dari blok bantenan atau Teman Jalan berkolaborasi dengan IPPL IAIN Metro ini diadakan sebagai bentuk memeriahkan acara 17 agustus di desanya yang sempat tertunda. Selain memeriahkan acara desa, lomba juga untuk menarik perhatian publik agar permainan tradisonal ini tetap terlestarikan dan anak-anak atau pemuda didesa tidak terlalu asik dengan gadget.

Ada hal unik dalam perlombaan kali ini. Dalam kompetisi layang-layang untuk kelas layangan naga. Tim dari Jati Agung Lampung Selatan, tim PKOR Petarung Langit yang berjumlahkan 20 orang ini menerbangkan layang naga dengan panjang 200 meter. Komunitas dari Lampung Selatan ini mengatakan, layangan yang terbuat dari fiber dan kain parasut ini menghabiskan dana sekitra tiga puluh juta rupiah untuk satu buah layangan naga. Selain angin yang kencang, untuk menerbangkan layangan naga ini dibutuhkan sekitar dua puluh orang.

Selain layangan naga, masih banyak lagi jenis layangan yang dilombakan diperlombaan layangan ini. Seperti layangan sanderan atau bapangan, kreasi umum dengan berbagai bentuk dan layangan aduan dengan melatih ketangkasan dalam mengadu benang.
Sony (23), selaku panitia menyampaikan semoga perlombaan layangan ini dapat selalu dilaksanakan setiap tahun. Selain melestarikan budaya permainan tradisonal serta menumbuhkan minat hobi, perlombaan layangan ini juga dapat menambah kreatifitas pemuda agar tidak terlalu kecanduan oleh permainan game online dari gadget.
Colaborator
Penulis Artikel: Raihan Novera
Editor: M Adita Putra