Lampung – Dari hasil pengamatan beberapa jenis keris yang dijumpai di daerah Lampung, baik di Lampung Utara, Lampung Tengah dan Lampung Selatan dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis keris, yaitu Keris berluk/berlekuk, dan keris lurus cembung.

Keris berlekuk ternyata bervariasi, ada yang berlekuk tiga, lima, tujuh dan ada yang berlekuk sembilan. Orang Lampung menyebut keris lurus cembung dengan sebutan Spano, sebilah keris yang mata tajamnya menyerupai badik, tapi bilahnya penuh serat berlapis, dan ukurannya biasanya lebih panjang.
Jenis keris ini untuk daerah Lampung yang terkenal adalah keris peninggalan Pahlawan Raden Intan II. Bilah kerisnya terdapat inskripsi huruf Arab. Keris Raden Intan II ini mempunyai ukuran panjang 68 cm. Informasi yang diperoleh dari para pemilik keris mereka mengakui bahwa kerisnya itu adalah peninggalan dari kesultanan Banten. Mereka pun mengakui bahwa di daerah Lampung sejak dahulu tidak ada empu atau pande besi yang membuat keris. Oleh karena itu keris yang dimilikinya, selalu dihubung-hubungkan dengan kebesaran Kesultanan Banten kiriman dari sultan dan dirinya sendiri pun diakuinya sebagai orang yang masih memiliki hubungan darah dengan Kesultanan Banten.

Cerita tentang keris berasal dari hadiah Sultan Banten dapat kita simak pada sebuah cerita yang tertulis pada kulit kayu yang ditemukan di Labuhan Maringgai. Dikatakan bahwa cikal bakal pendiri Marga Melinting adalah masih keturunan Ratu Pugung, Sinar Alam. Perkawinan Sultan Banten dengan Sinar Alam membuahkan anak yaitu Minak Kejala Bumi. Setelah Minak Kejala Bumi Besar, ia berangkat ke Banten. Di Banten ia mendapat berbagai bekal dari Sultan Banten, termasuk mendapat keris. Kini keris tersebut masih disimpan oleh keturunannya di Kampung Meringgai. Keris tersebut setiap Bulan Syura (satu tahun sekali) dimandikan dengan minyak, bunga-bungaan dan jeruk nipis.

Adapun sumber-sumber yang dapat dikemukakan di bawah ini yang ada kaitannya dengan dengan kehadiran keris adalah :
- Menurut D.G. Stibbe dan Letkol Uhlenbeck, dikatakan bahwa di Museum Etnograi Leiden telah disimpan sebuah keris yang semula berasal/ditemukan di tengah stupa Candi Borobudur. Atas dasar ini dapat diperkirakan bahwa keris telah digunakan pada abad ke-VIII masehi.
- Dalam Kitab Pararaton disebutkan bahwa Empu Gandring telah berhasil menyelesaikan pembuatan keris pada masa kekuasaan Kerajaan Singosari (1222-1293).
- Di Candi Jago, Panataran dan Tegowangi di Jawa Timur yang dibuat pada abad ke-14 Masehi juga tergambar adanya relief keris.
- Di Candi Sukuh (Surakarta) yang tahun pembutannya pada akhir abad ke-15 terdapat juga relief yang menggambarkan pande keris dengan kesibukan orang membuat keris secara tradisional, antara lain dengan ububan, paron dan sebagainya.
Melihat bukti-bukti yang telah disebutkan di atas, dapat diperkirakan bahwa keris muncul kemungkinan besar sejak abad ke-7 masehi. Dengan demikian boleh jadi munculnya penggunaan keris di Lampung dimulai sejak zaman Klasik, mengingat daerah Lampung sejak abad ke 7 sudah ditakhlukkan oleh Sriwijaya. Kemungkinan besar di saat itulah tradisi penggunaan keris dikenalkan pula oleh para bangsawan Sriwijaya. Pada zaman islam penggunaan keris makin memasyarakat seiring dengan pengaruh Banten masuk daerah Lampung.
Berdasarkan penggunaanya, keris di daerah Lampung dibagi menjadi tiga fungsi. Adanya fungsi tersebut ternyata tidak ditandai oleh bentuk-bentuk fisik tertentu, kecuali keris yang berfungsi sebagai alat upacara.
1. Keris sebagai Pusaka
Keris jenis ini biasanya disimpan di tempat tertentu, dan asal pemiliknya merupakan warisan dari orang tua atau leluhur. Biasanya keris ini dianggap memiliki kekuatan magis yang hebat. Anggota keluarganya tidak dibenarkan untuk mengambilnya tanpa upacara tertentu, karena jika maka akan mendatangkan nasib buruk. Bentuknya ada yang berluk/berlekuk ada juga yang berbentuk lurus cembung.
2. Keris sebagai Benda Upacara
Keris jenis ini biasanya tidak dipandang memiliki kekuatan magis. Asal pemiliknya pun biasanya bukan merupakan warisan dari orang tua. Bentuknya biasanya merupakan sebuah keris yang indah, kadang berlapis logam mulia, mulai dari gagang hingga kesarungnya. Di daerah Lampung keris ini disebut keris Terapang. Keris yang indah ini biasanya digunakan untuk acara perkawinan dan dipakai oleh pengantin pria, yang diselipkan dibagian pinggang perut depan (berbeda dengan pengantin jawa, keris diselipkan dipinggang bagian belakang/punggung).
3. Keris sebagai Bagian dari Kesenian
Dahulu menurut orang –orang tua, apabila ada kesenian silat orang memegang keris dalam pertunjukannya, di samping juga digunakan tombak dan pedang. Keris yang digunakan untuk pertunjukan silat ini, biasanya tidak dipandang memiliki kekuatan magis.
Sebagai diketahui bahwa keris yang ada di daerah Lampung merupakan benda yang berasal dari Jawa, hal ini dapat dimengerti karena dahulu daerah jawa memiliki kerajaan-kerajaan besar. Sedang empu pembuat keris ketika itu merupakan penjual jasa bagi kebutuhan orang-orang/pembesar kerajaan.Pada dewasa ini keris bukan lagi untuk senjata perang, tinggal fungsi lain yang masih lazim dilakukan. Umpamanya seperti perlengkapan pakaian adat tradisional, perlengkapan upacara tradisional, perlengkapan konsep hidup ideal sebagai apa yang disebut pusaka, perlengkapan eksotisme lama dalam hidup di zaman modern.
Referensi: Fachruddin,Endjat Djainuderadjat, dan Rumtiyati B .1992.Senjata Tradisional Lampung.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Colaborator
Penulis Artikel: M Danil Prayoga
Editor: M Adita Putra
Discussion about this post