Pringsewu – Sebagai salah satu Provinsi di Pulau Sumatera, menjadikan Lampung sebagai daerah transmigrasi dari berbagai suku lainya. Mulai dari Jawa, Bali, Batak, Bugis, Sunda, dan lain-lain. Di salah satu kabupaten di Lampung sendiri ada sebuah daerah yang mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Pada kolonialisasi Pemerintah Hindia Belanda dalam buku ” Transmigrasi di Indonesia” pada tahun 1905 yang ditulis oleh Slamet Poerboadiwidjojo menjadi tujuan transmigrasi dan ada sekitar 155 kepala keluarga di Desa Bagelan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dipindah ke Lampung. Penduduk pertama yang datang menamai tempat tersebut dengan nama yang sama dengan daerah asal mereka dan berlanjut sampai Indonesia merdeka .
Nama kabupaten tersebut adalah Pringsewu. Pringsewu merupakan salah satu dari 15 kabupaten di Lampung yang pengambilan namanya berasal dari bahasa Jawa. Pringsewu singkatan dari ” Pring dan Sewu” yang memiliki arti pring adalah bambu sedangkan sewu adalah seribu atau bila digabungkan menjadi seribu bambu. Pada sejarah awal kedatangan para transmigran di daerah ini memang banyak pohon bambu sehingga masyarakat menamainya dengan Pringsewu (bambu seribu).
Ada 9 kecamatan di Pringsewu yang beberapa penamaanya juga menggunakan nama daerah di Pulau Jawa yakni Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Sukoharjo, dan Kecamatan Banyumas. Untuk kamu masyarakat Jawa yang berkunjung ke tempat ini jangan heran bila menemukan nama-nama daerah Jawa yang membuat kamu merasa sedang ada di Jawa.
Bahasa sehari- hari yang digunakan oleh penduduk di sana juga menggunakan bahasa Jawa, mungkin ketika di pusat Kota Pringsewu sebagian sudah menggunakan bahasa Nasional Indonesia tapi untuk daerah-daerah pedesaan masih kental akan logat Jawanya. Bahasa Jawa yang terdapat di daerah seribu bambu ini juga beragam mulai dari jawa ngapak yang berlogat A, ngapa? Sapa? Dan jawa bandek yang menggunakan logat O, sopo? Ngopo? Selain Pringsewu, kalian bisa menemukan daerah- daerah di Lampung dengan nama seperti di Jawa yaitu Tamansari, Purwosari, Hadimulyo, Banjarsari, Sidomukti, Sidodadi, Karangrejo dan masih banyak lagi.
Berbicara tentang Pringsewu mata pencaharian di sini adalah petani dan beberapa usaha agroindustri serta non agroindustri. Pada sektor pertanian kabupaten ini juga dapat memenuhi hasil panen padi dari 2/3 lahan sawah di sana yang hasil panenya melebihi target 6% dari target produksi berasnya. Di sektor agroindustri masyarakat mengembangkan usaha makanan seperti kripik, kelanting, dan kerupuk. Karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja yang banyak dan mengurangi pengangguran terutama untuk ibu rumah tangga.
Usaha non agroindustri terkenal dengan pembuatan genteng Pringsewu. Hampir seluruh daerah di Sumatera khususnya di Lampung mengambil genteng dari Pringsewu karena terkenal akan kualitas dan harganya yang lumayan murah. Namun seiring perkembangan zaman beberapa masyarakat memilih menggunakan genteng plastik ataupun asbes karena praktis, tapi masih banyak yang menggunakan genteng tanah karena dirasa lebih membuat sejuk hawa di dalam rumah.
Ada juga sektor usaha lain yang tak kalah unggul seperti usaha ikan air tawar yaitu ikan mas, ikan koi, ikan nila dan ikan gurame. Di sektor peternakan juga ada peternakan sapi dan kambing. Pembangunan agrowisata di tempat ini juga sudah cukup signifikan dilihat dari wisata-wisata yang ada di Pringsewu memanfaatkan sawah untuk dijadikan kafe, perbukitan dan hutan-hutan pinus disulap menjadi spot foto menarik dan masih banyak lainya. Jangan lupa berkunjung ke Pringsewu dengan keramahan masyarakat dan keasrian daerahnya. Kalian akan merasakan sensasi seperti pulang ke desa sendiri.
Colaborator
Penulis Artikel: Laila Endah
Editor: Ratih Purwaningsih
Discussion about this post